Tiwie pun terbangun dari mimpinya. Semalam setelah dari PVJ ia langsung pulang dan tidur di rumah karna kelelahan..
Karna merasa bosan, ia pun menonton TV di lantai bawah,
“ahh, bete deh!! Kaka belum pulang, Esya ogah ke rumah.. lah gue ngapain?? Hari ini ga ada kuliah, mau nemenin SM*SH?? Mereka ga ada jadwal! Boring!! ” teriak Tiwie sendiri. Tiba-tiba BB nya pun berbunyi, dan itu menandakan ada sebuah telfon..
“yes,, ada yang nelfon!” kata Tiwie sambil berharap kalau itu morgan.
“hallo Tiwi kan?” kata sorang cewe yang menelfon tiwie itu. Dan ternyata cewe itu adalah Mba Icha.
“oh, mba.. kenapa mba? Hari ini saya ga ada jadwal nemenin mereka kan?” kata tiwie kesal karna ternyata bukan morgan yang menelfon nya.
“oh, enggak. Mba Cuma mau ngajak ketemuan. Bisa kan? Hari ini, sekarang, di studio rekaman kemaren! Ga papa kan?” kata mba icha tanpa basa – basi. Merasa kalau itu adalah kewajibannya, tiwie pun mau dan langsung bergegas pergi. Tak lupa, ia mengenakan gelang keberuntungannya.
“haduh, entah mengapa gue bingung lang sama lo.. gue bingung minggu ini lo bikin gue beruntung atau sial sih?” kata Tiwie berbicara dengan gelangnya sambil berdadan di depan kaca.
Tepat pukul 11 pagi ia langsung prig ke studio, tapi ketika ia mengeluarkan mobilnya dari garasi. Ia melihat seseorang yang sudah tidak asing lagi baginya. Orang itu tepat keluar dari rumah yang kurang lebih berada di serongan rumah Tiwie.
“loh,, itu kan?!?! Kok bisa?? Apa gu salah liat? Ah ga mungkin!” kata Tiwie dalam hati bingung. Tiwie pun tidak ingin memikirkannya dan langsung pergi, tapi orang yang Tiwie liat tadi tampak searah dengan Tiwie. Tapi Tiwie hanya menganggap itu seperti kebetulan semata.
Tiwie pun akhirnya sampai didepan studio tepat jam 12 siang. Dan lebih membingungkannya lagi, orang yang tiwie liat sedari tadi, juga stop distudio terlebih dahulu sebelum Tiwie. Tiwie tambah bingung, hingga akhirnya, orang itu keluar dari mobilnya. Dan tiwie pun juga keluar dari mobil yang tepat terparkir diblakang mobil orang itu.
“Morgan??!!?” kata Tiwie ragu-ragu saat memanggil orang yang tadi mmbuat Tiwie bingung dari rumah.
“Tiwie, jadi yang tadi dibelakang aku itu kamu?” kata Morgan, yap!! Ternyata Morgan menyadari kalau Tiwie ada dibelakangnya. Oiya,, Mobil tiwie udah kembali lo teman teman, jadi jangan bingung. Mobil tiwi udah dikembalikan sama Calvin tepat tadi pagi setlah Calvin pulang kuliah.
“hah oh iya.. itu tadi aku.. kok kamu?!?!” kata Tiwie canggung, ia canggung apakah harus bertanya atau tidak mengenai masalah itu.
“ah, emp, never mind.. masuk yuk. Udah ga enak ditunggu..” kata Tiwie mengalihkan perhatian.
“ya udah, yuk!” kata morgan sambil menarik tangan Tiwie. Tiwie dan morgan pun masuk sambil berpegangan tangan layaknya sepasang kekasih yang sedang beradu mesra.
“nah, akhirnya kalian datang!” kata mba icha yang sedari tadi sudah menunggu mereka berdua. Ketika mba icha berkata itu, Ilham, Dicky, Reza, Bisma, Rafael, dan Rangga tampak trkejut dengan kehadiran Tiwie.
“loh kok bidadariku ikut sih?” kata Dicky dengan tatapan bingung tapi menggoda
“ini kan seharusnya putri aku istirahat dirumah!” lanjut Rafael dengan bercanda.
“putri putri, kata siapa dia putri lo?? Bilang aja lo kangen sama ‘Putri’ “ ledek ilham kepada Rafael.
“loh? Mba? Kok mba ga bilang kalo Tiwie juga dateng? Kalo bilangkan aku bisa jemput dia!?!” kata Rangga dngan serius.
“ga usah kali.. dia kan udah sama pahlawan kesiangan” Reza kepada morgan
“ hush udah, aku kesini sendiri, dan aku ga sama morgan. Kami Cuma ketemu di….” Tiwi sudah hampir keceplosan untuk mengatakan bahwa mereka sudah barengan sejak dari rumah, tapi tiwie menahannya.
“ketemu didepan, nah iya.. dan aku juga ga tau kalau kalian juga disini” Jelas Tiwie.
“ya udah, entar kalo ketemuan kemana aja!! Bilang aku ya Wie! Aku siap jadi supir kamu kok…” kata Rangga dengan pandangan serius kepada Tiwie.
“Sttoooppp!! Gu tau nih lanjutan kata kata Rangga!” lanjut ilham dengan mata jahil.
“apaan sih??” kata Tiwie yang sudah mulai curiga.
“pasti si Rangga mau lanjutin gini ‘asal hati kamu aku yang nyupir, supaya hati kamu stop dihati aku’ yakan!!” goda Ilham dengan gaya gombalnya..
“yee!! Rangga mah enggak kaya gitu kali. Yang gombal kan Cuma kamu aja ham!” kata Tiwie membela Rangga.
“Ciyeee.. belain niyehhh” goda Reza lagi.. entah mengapa eksprsi morgan sudah mulai berubah, yang tadinya senang dan murah senyum. Skarang mnjadi trlihat kesal, bahkan pegangan Tiwie dan dia pun sudah dilepasnya. Tiwie hanya bisa mmandangi Morgan sambil mengeluarkan tatapan ‘jangan marah’ nya. Tapi sepertinya Morgan tidak mengerti.
mba icha pun memulai tapik yang akan dibicarakan. Ternyata mba icha ingin membicarakan tentang kesmpatan berlibur untuk SM*SH selama 2 minggu oleh produser,
“tapi ini beneran ‘liburan’ kan ? ga kaya kemaren kan?” tanya dicky
“ia, ini beneran liburan!! Nah ini juga ada tawaran dari rumah produksi, atas kerja sama kita, kita dikasih tiket ke Perancis lengkap dengan uang saku nya. Kalian nerima ga?” tanya ka icha kepadaSM*SH sekaligus mnjawab prtanyaan dicky. Tanpa basa basi merka pun menjawab,
“TERIMA!!” kata mereka ber7 dngan muka gembira dan senang. Tapi di moment ini yang seharusnya ikut gembira Tiwie malah bingung dan merasa ga enak..
“Wait semua!! Its ok if you get vacation! But how about me? Why I should in here? What should I do? ( tak apa jika kalian mendapatkan liburan! Tapi bagaimana dengan aku? Kenpa aku harus disini? Apa yang harus aku lakukan? )” kata tiwie bingung. Ia sudah mendapatkan sebuah firasat buruk.
“oh yeah, about you!! Hm, gini loh Wie, kan mba udah bilang kalau kamu bakal jadi ‘temen’ buat mereka, nah maksud mba itu adalah ‘temen’ pas ini loh!!” kata mba icha. Yah, firasat buruk tiwie masih belum terjadi, tawaran yang diberikan mba icha memang terdengar bagus, tapi itu masih buruk bagi Tiwie.
“tapi cuman itu kan?? Nothing else right??” Tanya Tiwie yang ingin membuktikan kalau firasat buruknya itu takkan terjadi.
“sebenernya nggak sih, masih ada 1 hal lagi.. he he he. Gini loh wie. Pas nanti kita disana, kita Cuma diberi 1 translator. Dan itu ga mungkin, karna ada kemungkinan kita bakal tour terpisah, jadi… kami butuh kamu buat jadi translator tambahan” jawab mba icha.. Gubrakk itulah yang Tiwie takutkan daritadi, ia takut kalau ada yang tau keahlian nya. Dan akhirnya terbongkar juga,, ditambah lagi!! Di depan banyak orang, lebih tepatnya 7 orang..
“Translator? Bukannya translator kita bisma?? Dari sunda ke bahasa Indonesia?” kata Dicky sambil mengolok bisma..
“kyy. Mending lo coba mikir deh. Masa ada orang yang make bahasa sunda di prancis?” kata Bisma sewot.
“aah, eh em,, aduh.. gimana ya mba??” kata Tiwie sedikit ragu ragu. Ia ingin menerima tawaran mba icha, tapi disisi lain dia ga mau memperlihatkan keahliannya itu. Karna Tiwie bukan orang yang pede dalam bakat nya.
“udah, wie ikut aja yuk. Gue bakal ngejagain lo kok!” goda Rangga. Sebenernya buak itu yang ingin didengar Tiwie, Tiwie sedang tidak mood di goda sekarang. Dan entah mengapa, Morgan terlihat begitu kesal ketika mendengar Rangga bilang itu.
Morgan’s Side
Kenapa mesti dia? Apa Rangga juga punya rasa sama Tiwie? Apa Tiwie juga punya rasa juga sama dia? Apa Tiwie bakal ikut kalo Rangga ngejagain dia?
Aku hanya bisa melirik tajam Tiwie dan Rangga, hati ku sudah mulai tak tenang ketika Rangga bilang kalau dia akan menjaga Tiwie. Mulutku sudah tak bisa berkata apa apa lagi. Aku bingung tak menentu sekarang. Disisi lain aku ingin membuat Tiwie pergi ke Perancis, tapi disisi lain juga aku ingin yang menjaga Tiwie itu aku! Bukan Rangga!
“udah wi, ikut aja. Urusan translator kan gampang! Ikut ya!” bujukku, entah apa itu mempengaruhi hati Tiwie atau tidak yang penting aku sudah membujuknya. Yah, aku hanya dapat berharap dia akan ikut dan selalu bersama denganku.
Tiwie’s Side
Hah? Morgan juga pengen gue ikut? Aduh.. gue tambah galau!! Apa gue bakal ngambil resiko? Atau milih kepisah sma morgan selama 2 minggu?
Hatiku jadi tak menentu, banyak yang akan dipertaruhkan dalam tawaran ini. Mungkin ada beberapa hal yang mendukung jika ku terima tawaran ini. Pertama, kuliahku tidak akan ngaruh karna aku sedang dalam masa cuti. Kedua, aku bisa tambah dekat dengan Morgan. Ketiga, bisa refreshing. Tapi, ada hal hal juga yang kurang mendukung, pertama, aku ga suka udara dingin. Kedua, gue ga bisa tidur sendiri. Ketiga, gue ga pede ngomong bahasa asing. Ke empat, gimana nasib orang orang yang bakal aku tinggalkan di sini. Apakah mereka mengizinkan?
“em, aku sih fine fine aja Mba. Tapi keluarga aku ga mungkin mbolehin aku!” kataku ngeles, padahal itu hanya alasanku untuk memeperpanjang waktu.
“ah, ga usah khawatir, kakak kamu, dan orang tua kamu udah tau, dan mereka fine fine aja.” Kata Mba icha pasti. Aku terkejut setengah mati sekarang. Berarti hanya aku yang baru tau. Aku sudah terlajur bilang kalau aku fine fine aja. Tapi hatiku? Enggak! Biarpun ada Morgan, aku dan Morgan masih belum bisa dibilang mempunyai hubungan sekarang. Kami hanya sebatas ‘teman’.
“ah, ya udah deh mba aku ikut. Tapi banyak lo resiko yang bakal ditanggung!” kataku dengan harapan bisa menggoyahkan tawarah Mba Icha.
“Tenang kok bidadari.. kamu dijagain sama 7 pahlawan tampan, so?? Mana mungkin ada yang berani ngapa ngapain kamu disana!” canda Dicky. Entah mengapa canda Dicky bisa sedikit mengubah suasana hatiku yang tadinya bingung menjadi tertawa. Tapi.. kenapa Morgan? Kok dia Cuma nyemangatin aku gitu aja? Apa dia marah? Apa dia ga pengen aku ikut?
Sumpah deh Lang (gelang) !! kayaknya masa beruntung lo udah habis! Gue sial mulu!!
To Be Continued!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan cuma baca, comment juga dong!