Tiwie Part.
Huft… semoga saja pilihanku ini benar, mungkin selama beberapa bulan ini aku akan didera kesialan beruntun. Yah, apa sebaiknya gelang ini kulepas? Dan kutinggalkan di Indonesia? Atau harus ku bawa ke Perancis dan menimbulkan kesialan lain disana? Hah.. I’am so confused now..
Aku pun keluar dari studio terlebih dahulu dengan mukaku yang sedikit khawatir dan bete. Tanganku sudah bersiap - siap untuk membuka pintu mobil. Tapi tiba - tiba ada seseorang dari belakangku yang mengejutkanku. Ia terlihat seperti didorong oleh seseorang.
“Rafael?!” kataku sambil terkejut memandanginya. Sekarang tingkah lakunya membuatku heran, ia menggaruk garuk rambutnya dan bermimik malu.
“ehm, em.. aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Tapi kamu wajib jawab yah?!” tanyanya. Pertanyaan ini sedikit membuat aku bingung dan takut. Tak biasanya ia malu dan terlihat begitu sopan.
Morgan Part.
“ehm, em.. aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Tapi kamu wajib jawab yah?!” kata Rafael. What? Sekarang apalagi? Setelah Rangga yag merebut perhatian Tiwie dariku, kini Rafael juga. Apa yang akan Rafael katakan padanya? Wajahnya tampak bahwa ia akan serius.
Aku pun memberanikan diri untuk mendekati Tiwie. Yah, sebenarnya aku masih berada di dalam studio, tapi aku bisa melihat dan mendengar percakapan Rafael dan Tiwie melalui kaca transparan dan pintu masuk studio yang terbuka. Tapi, kenapa Dicky ada di depan pintu dengan mimic muka seakan akan sebentar lagi akan ada yang lucu?
“Cky? Ngapain kamu disini? Apa yang lucu sih?” kataku.
“ah, eh . ah morgan toh. Hehehe nggak papa. Liat aja entar.” Jawab dicky, awalnya ia tergagap gagap karna terkejut setelah ku dekati.
Aku pun langsung berdiri di samping Tiwie, entah apa Tiwie dan Rafael sadar tentang posisiku ini. Mereka berdua terlihat serius. Aku bingung ekspresi apa yang harus ku tampil kan.
“Wie.. aku boleh…. Emm… eem…. Em…..” kata Rafael. Aku semakin penasaran akan apa lanjutan dari kalimat ini.
“em.. em.. em.. apaan?” sahut Tiwie langsung. Ternyata Tiwie tidak kalah penasaran denganku saat ini.
“aku boleh minjem mobil kamu gak?” lanjut Rafael.
Huft… ternyata itu yang akan ia katakan. Mungkin khawatirku ini terlalu berlebihan. Tapi, apa salahnya kalau kita khawatir orang yang kita suka direbut oleh orang lain? Apa itu salah?
Tiwie Part.
Huft.. apa dimobilku ada tulisan disewakan? Atau dipinjamkan? Kenapa semua orang meminjam mobilku? Aku tidak marah jika mereka meminjam mobilku. Tapi bisakan mereka meminjamnya pada saat mood ku bagus? Just Calm Down Tiwie.
Sekarang aku sedang bersama Morgan di PVJ. Dia membawaku kesini lagi! Padahal baru semalam kami kesini. Aku dan Morgan pun masuk kedalam, tapi,aku merasa seolah olah ada banyak mata yang sedang memperhatikan kami. Aku pun tak mau membuat masalah. Aku yang tadinya berpegangan tangan dengan Morgan, kini sudah kulepas. Yah, biarpun itu sedikit disayangkan, tapi apadaya? Aku yakin mata mata itu melihat Morgan sebagai Morgan ‘SMASH’ bukan sebagai Morgan.
“kok dilepas? Kamu ga suka yah digituin?” tanyanya.
“ah, enggak, bukan gitu. Aku Cuma ga enak. Kayaknya banyak yang ngeliatin kita deh. Jadi daripada image kamu anjlok mending aku ngalah deh. Hehehe”
“udah.. its ok. Ga papa kok. Mereka pasti ngerti. Its Time To Be Happy!! so, lets Have Fun! ” Katanya. Sepertinya ia paham apa yang aku maksud. Yap! SMASHBLAST!
Ia kembali menggegam tanganku, aku hanya bisa menatapnya dan pasrah.
“kita ke Fun World yuk!” katanya dengan semangat.
Kami pun bermain dengan puasnya, balapan, dance, dan lain lain. Aku pun terhanyut dalam canda tawa dan gembira. Tapi ada waktu ketika ku harus menjauh dari Morgan, Yap! Ketika Fansnya tau kalau ada Morgan disana.
Kami pun keluar dari Fun World, hatiku kembali dalam mood yang baik, sekarang aku sudah percaya diri untuk bergandengan tangan dengan Morgan. Tak lama kami berhenti untuk membeli es krim, Morgan membeli rasa Coklat sedangkan aku rasa Vanila. Kami pun duduk dikursi kosong yang sudah disediakan untuk consumer. Kami masih saja bermain, ya! Bermain es krim. Tak sengaja, aku memakan es krim dan es krim itu blemotan di hidung dan di sekitar bibirku.
“ih, kamu makan kayak anak kecil aja deh!” katanya sambil memperhatikan wajahku.
“aku emang masih anak kecil.. Kakak!!” ejekku. Yah, memang aku dan dia berbeda sekitar beberapa bulan.
“heh, udah berani manggil kaka yah!” katanya sambil menyentilkan es krimnya di pipiku.
“Morgan!!!” kataku, aku pun langsung membalasnya dan kami pun saling bercolek colekan es krim.
Hah, karna merasa sudah cukup. Aku pun mengambil beberapa tissue dari penjual es krim itu. Dan membersihkan wajah Morgan. Ku mulai dari pipinya, hidungnya, hingga mulutnya. Aku tak merasa canggung ketika membersihkan itu. Sampai, mataku bertatapan dengan matanya. Satu detik, dua detik, tiga detik, dan yah.. tatapan kami terhenti ketika morgan membersihkan balik mukaku. Huh, sungguh ku tak habis pikir apa yang harus kulakukan selanjutnya jika ia tidak melakukan itu.
“inget yaah.. kalau ga ada aku. Kamu ga boleh bersihin muka orang lain selain muka ku.!” Katanya.
“Loh, kenapa?”
“yaiayalah.. entar kalau kamu tatap tatapan sama orang lain gimana? Kalau kamu salah tingkah kayak tadi gimana?”
“heh!!” kataku sambil mencubit tangannya.
“adududuh!” jeritnya. Aku yakin itu hanya suara manjanya saja. Karna aku tau kalau cubitanku itu tak kan menyakitkan. Setidaknya untukku.
Aku pun berdiri dan meninggalkan Morgan seolah - olah aku marah. Ia pun ikut berdiri dan mengejarku. Tak lama, langkahnya mulai serempak dengan langkahku dan ia pun langsung merangkul pundakku.
“jangan marah. Entar mukanya jelek!!” katanya. walaupun Aku tau itu hanya kata - kata bujukannya supaya aku tak marah. Tapi aku tak bisa menyembunyikan wajah ingin tertawaku, dan akhirnya aku pun tertawa melihat tingkahnya.
Tak lama kami berjalan, aku mendengar beberapa percakapan yang mengikuti kami.
Author Part.
Orang - orang tampak menyadari mereka berdua. Sampai akhirnya seorang perempuan yang tampak masih ABG memanggil idola mereka,
“Ka Morgaaan!!” jerit mereka. Sontak, Tiwie pun langsung menjauh dan bersembunyi. Anak - anak ABG itu langsung mengerumbungi morgan seperti lebah mengelilingi ratunya. Mereka langsung meminta foto, tandatangan, bahkan ada yang sampai minta dicium. Tiwie memang sedikit cemburu, tapi apa daya, mereka adalah fans morgan.
Tiwie pun hanya bisa menjauh dan berlagak tidak pernah tau bahwa ada Morgan disana. ia mencoba berbaur dengan ABG ABG yang sedang mengerumbungi Morgan, tapi tetap saja dia tampak paling mencolok,
“Ka Morgan, itu siapa kak? Pacar kakak?” tanya seorang dari ABG tersebut. Morgan langsung tercengang dan salah tingkah, akhirnya ABG ABG itu sadar akan kehadiran Tiwie yang tadinya sedang tampil mesra dengan Morgan.
“ah, em, em. Diaa” kata morgan gugup. Morgan sudah tidak bisa berkata apa - apa karna ia bingung ingin menyebut Tiwie apa. Ia ingin menyebutnya pacar, tapi mereka belum resmi dibilang pacaran, tapi jika dibaliang teman, mreka bukan hanya teman.
“kak. Kakak siapanya kak Morgan? Pacarnya ya? Hayoo ngaku! ” pinta ABG lainnya.
Sepertinya Tiwie sudah punya rencana untuk menghindari mereka.
“hah? Kaka ya? Kalian mau tau siapa kakak? Kakak ini ……” kata Tiwie. Semua orang sungguh penasaran akan kelanjutan kalimat tersebut. Terutama Morgan.
“Kaka ini…… eh liat!! Justin Bieber !!!” teriak Tiwie. Semua ABG langsung mengalihkan pandangan mereka pada tempat yang ditunjuk Tiwie. Morgan pun mengambil kesempatan ini untuk menarik Tiwie dan berlari menghindari fans - fansnya.
Mereka pun berlari sekuat tenaga untuk menghindari mereka, tapi itu percuma, mereka tidak akan bisa melawan semangat segerombolan Fans untuk bertemu idolanya.
“Morgan.. cape tau.. mau lari kemana?” tanya Tiwie sambil ngos ngosan. Mereka sudah lari cukup jauh dari tempat yang tadi, tapi tetap saja fans - fansnya itu mengejar.
“kesini!” kata morgan sambil menarik tangan Tiwie kesebuah ruangan kecil.
“What? Photobox? Why we in here?” Tanya Tiwie. Sambil memandangi sekitarnya. Dan yah.. ternyata itu benar benar tempat Photobox
“ssttt!!” kata Morgan yang mengkhawatirkan mereka. Bagaimana seandainya mereka mendengar Tiwie dan Morgan.
“oh.. ok.. but I thing something weird in here!” kata Tiwie sambil memandangi sekitar. Morgan hanya bingung dan ikut memandangi sekitar.
“The Camera Is ON!!!” kata Tiwie ketakutan saat melihat bip bip lampu didepan mereka.
“just PEACE!~~” kata Morgan sambil menampilkan jari telunjuk dan tengah nya seolah olah bergaya Peace di kamera Photobox. Tiwie bingung dan melihat morgan dengan tatapan bingung.
Foto pertama pun diambil. Morgan sedang Peace sedangkan Tiwie hanya menatap Morgan dengan Polosnya.
Foto kedua,. Tiwie tampak paham dan mulai bergaya. Morgan bergaya seolah olah mencubit pipi kanan tiwie, padahal ia benar benar mencubit pipi Tiwie. Dan Tiwie memegang tangan kiri Morgan yang mencubit pipinya dan membalas mencubit pipi kanan Morgan didepan kamera.
Foto ketiga, tiwie sempat canggung ingin bergaya apa. Tapi tiba - tiba Morgan langsung merangkul pundak Tiwie, tanpa malu, Tiwie pun langsung senyum kekamera sambil tangan Peace nya.
Foto ke empat, Morgan masih merangkul Tiwie, dan di foto ini mereka sepakat untuk membentuk tangan mereka seperti segitiga. Yang berarti Peace seperti yang biasanya dilakukan Bisma.
Foto Ke lima.. disinilah terjadi sesuatu yang membuat hati Tiwie berdebar. Morgan yang tadi hanya merangkul Tiwie, sekarang berbeda. Kini tubuh Morgan ada di belakang Tiwie dan kedua tangannya telah melingkar di tubuh tiwie, seolah memeluk tiwie dari belakang. Tiwie benar benar berdebar saat itu. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia pun memegang kedua tangan morgan yang melingkar ditubuhnya melalui pundak dan tersenyum kekamera.
Foto ke enam ini adalah pengambilan gambar terakhir.. posisi mereka tetap seperti yang sebelumnya. Tapi kali ini, morgan yang terkejut dan berdebar debar. Tiwie yang tadinya hanya membalas memegang tangannya kini mencium pipi kiri Morgan yang ada di pundak kanan nya. Morgan hanya bisa tersenyum dan menikmati moment tersebut.
“kamu kok??” Tanya Morgan bingung sambil memegang pipi kirinya.
“loh ga boleh ya? Anggap aja aku fans kamu. terus kamu kasih aku 'fans Service' simple kan? ” Kata Tiwie sambil tersenyum.
“ih kamu ya..” kata Morgan sambil mau mengacak ngacak rambut Tiwie tapi Tiwie menghindar.
Mereka pun keluar dari ruangan itu setelah mereka merasa kalau mereka sudah tidak diikuti. Mereka masih saja menyembunyikan wajah mereka dari pandangan orang - oraang, mereka mencoba supaya tidak terlalu mencolok.
To Be Continued!!
Dont Forget to follow us to get More Info ;D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan cuma baca, comment juga dong!