Kamis, 10 November 2011

Cinta Cenat Cenut Season 2 ( Part 2 : Blaming )


Gisela Part.
Sungguh bahagia rasanya melihat sahabatku bisa kembali dengan pacarnya. Huh.. Sejak Putri memasuki SMA dia memang banyak bercerita denganku tentang senior seniornya. Dari Rafael, Morgan, Bisma, Reza, Ilham, Dicky dan Rangga. Huh.. ternyata mereka semua sangat mirip dengan karakteristik yang Putri bilang padaku. Yang aku tak habis pikir, Putri masih ada muka untuk bertatapan langsung dengan Morgan. Setelah peristiwa di bandara itu, Putri sangat merasa bersalah karna dengan tidak langsung ia telah sangat melukai Morgan.
Kakiku pun berjalan ke sebuah toko buku. Toko buku itu adalah milik kakak ku. Ka Emi namanya. 1 minggu sudah aku di Jakarta. Dan tidak seorang dari keluargaku yang tau. Yah.. orang tuaku selalu sibuk dengan perkerjaannya dan tak menentu ada di mana. Mungkin sekarang ia ada di Canada, dan mungkin besok dia ada di Jepang. Yah begitulah orang sibuk, tapi aku tidak menyesalinya, yah biar bagaimana pun mereka telah melahirkanku. Tanpa mereka aku tidak bisa menikmati manisnya dunia ini. Aku pun memasuki toko itu, dan Yes!! Kakak tidak menjaga toko tersebut, disana hanya ada seorang perempuan yang sedang melayani pelanggan.
“Hai Mba!!! Sini biar saya yang jaga ya!! Yaa!!” bujukku sambil bermaksud mengejutkan si Kasir. Entah mengapa bukannya terkejut karna aku mengejutkannya, dia malah terkejut dengan keberadaanku. Yah memang. Yang tau aku di Jakarta hanya keluarga Putri.
“Non Non Gisel??!! Kok ada di sini non? Bukannya Non di….” Kata pegawai itu.
“Sstttt.. udah.  Kakak lagi ga ada kan? Sini biar aku yang jaga. Emm.. mba beliin aku es krim aja yah! Yang rasa Cokelat sama Vanila! Yah yah yah!!” kata ku sambil menarik si Mba mba tadi dari belakang kasir.
“ehh, tapi non nanti kalau ketahuan Kakak non saya bisa dipecat Non!!” kata Si Mba mba itu.
“ihh,, ga mau di pecat kan? Makanya beliin es krim!! Cepetan yah!!” kataku sambil mendorong Mba mba kasir tadi sampai keluar dari toko. Yes!! Akhirnya selesai! Sekarang tinggal menjalankan tugas sebagai pegawai kasir.
Sejak aku masuk ke toko ini, yang aku lihat hanya si penjaga kasir dan seorang laki-laki yang sedang sibuk mencari buku-buku. Dan entah mengapa laki-laki itu tidak terlihat asing bagiku tapi aku juga tidak terlalu ingat dengan dia. Laki-laki itu pun berjalan ke arah ku, atau lebih tepatnya ke arah kasir. Dan Yap! Aku benar. Orang itu Morgan, aku baru inget kalau Putri pernah cerita kalau dia pernah di ajak morgan ke toko buku. Mungkin toko buku kakakku inilah yang dimaksudnya. Jujur, Putri tidak sepenuhnya tau mengenai aku, bahkan yang dia tau hanya aku mempunyai kakak di Indonesia. Dia tidak tau apa - apa tentang dimana kakakku tinggal, dimana ia berkerja, dan lain - lain. Aku tidak memberitau Putri karna aku tidak bisa terlalu terbuka kepada Putri. Karna aku takut segala sesuatu yang terjadi padaku akan ia beritahukan pada keluargaku.
 Tapi,, Morgan tampak seperti tidak mengenalku saat disini. Yah, memang sih dia ‘tidak mengenal’ ku secara khusus. Tapikan dia tau namaku. Bahkan dia tidak memberikanku senyumannya. Yah begitulah Morgan yang aku kenal dari Putri ‘DINGIN’
“hem, ambil aja ga usah bayar. Hitung - hitung terima kasih gue buat elo” kataku, yah… mengingat dia pernah membuat Putri tersenyum ketika Putri sedih mungkin ini tidak seberapa.
“oh. Begitu” kata Morgan dengan santainya, bahkan ia tidak bertanya itu terima kasih untuk apa, bahkan ia tidak bilang terima kasih kembali. Huh.. ia hanya melangkahkan kakinya untuk cepat pergi dari toko ini.  Tapi tiba-tiba seorang wanita memasuki toko. Dan tebak itu siapa?? Itu kakakku.. huft.. akhirnya dia datang! Dia datang dengan mimic mata yang hampir keluar dari tempatnya. Yap! Sudah kubilang bahwa tidak ada yang tau bahwa aku ada disini.
“Lala?!?! Kok kamu disini? Bukannya kamu di Amerika. Apa mama sama papa tau kamu disini? Kamu tinggal dimana? Kok bisa disini? Kamu sama siapa?” kata kakakku. Hah,, aku hanya bisa tersenyum mendengar cecaran pertanyaan dari kakakku. Ia masih saja berbicara tidak ada hentinya. Morgan yang tadi ada di depan pintu hanya bisa melihat kami berdua. Sampai akhirnya, si penjaga kasir datang membawa makanan yang kupesan. Yap! 2 es krim rasa cokelat dan vanilla.
“makasih Mba!” kata ku sambil menarik es krim itu dari tangannya. Si Kasir hanya bisa terdiam dan bingung.
“nah kakak!! Aku kesini sendiri. Udah seminggu yang lalu. Tinggal dirumah yang lama. Mama sama papa mungkin udah tau, atau enggak. Nah sekarang mending kakak makan dulu deh nih es krim, supaya hati kakak tenang yah! Nih…. Dah kakak!!” jawabku pada semua pertanyaan yang di cecarkan oleh kakakku. Aku pun langsung memberikan kak Emi es krim Vanilla yang tadi di beli oleh si kasir. Aku pun langsung kabur meninggalkan Kakakku yang sedang bingung dan khawatir. Aku berlari sambil membawa Es krim coklatku. Aku pergi tanpa mengkhawatirkan apa yang sedang kak Emi lakukan sekarang, dan mungkin sekarang ia masih menganga akan kelakuanku. Dan oh ya! Morgan! Mungkin kini ia tau siapa aku sebenarnya, atau juga enggak. Yah, aku ga ngambil pusing deh.
Di jalan, aku memakan es krimku sambil bingung memikirkan Morgan dan Putri. Aku bingung apakah Morgan masih menyukai Putri. Dan apakah Morgan tidak sakit hati melihat kemesraan Rafael dan Putri lagi? Apakah Morgan kembali untuk dendam? Itulah pertanyaan yang sedang ku pikirkan. Tak lama ku berjalan, 2 orang preman menghampiriku.
“hai neng.. sendirian aja nih, nau ditemenin neng??” kata preman dengan rambut yang ditutupi kain merahnya.
“lagi mikiran apa sih neng. Keliatannya bingung banget” kata preman yang satu lagi. Jujur aku tidak takut untuk menghadapi preman preman seperti ini, bahkan dulu aku pernah sampai diculik dan aku bisa mengatasinya. Mungkin karna aku tak pernah menganggap serius semua hal jadi aku dapat menemukan solusi dengan mudah,
“ia nih bang saya lagi binguuung banget!” kataku dengan ekspresi melasku. Kedua preman itu menatapku bingung. Mungkin mereka bingung dengan sikapku, karna mungkin mereka tidak pernah bertemu dengan cewe yang tidak melawan terhadap preman. Tapi, itulah aku.. bukan salahku jika aku berkata itu, karna justru merekalah yang menanyakan hal itu terlebih dulu. Preman preman itu pun tak ambil pusing dan tambah mendekatiku di sisi kiri dan kananku. Aku yang didekati mereka pun tentu merasa risih. Dan memilh memperlambat langkahku sehingga mereka yang berjalan terlebih dulu. Tapi hal itu tak berhasil, sang preman pun mulai untuk merangkul ku. Tapi aku mengelak dan mnjauh.
“mas, maaf ya. Saya ga suka dipegang pegang” kataku dengan pedenya. Kukira mereka akan menjauh, tapi ternyata tidak. Mereka tambah mendekatiku. Yah mungkin hal yang paling berhasil dilakukan adalah berlari menghindari mereka, tapi aku sedang tidak mood untuk berlari. Aku pun memutuskan untuk membiarkan preman itu untuk beberapa saat, lalu selanjutnya baru aku melakukan tindakan.
Tiba-tiba seorang laki laki datang dari belakangku dan langsung memukul preman - preman itu.
“Morgan?!??!” kataku tapi sepertinya pertanyaanku tak mungkin direspon karna mereka tengah dalam perkelahian.
 1 kali.. preman itu terjatuh.. lalu berdiri lagi. Tak lama preman yang satunya lagi ingin memukul morgan tapi morgan dapat menghindar. 2 kali, kedua preman itu terjatuh. Tapi preman yang satu masih bisa melanjutkan perkelahian. Tapi preman yang lain masih duduk meratapi luka lukanya. Aku tidak bisa melakukan apa apa. Kalau aku ikut berkelahi? Sama aja sia sia. Manggil polisi? Jauh banget. Manggil kakakku? Pasti bakal dimarahin. Yah, aku lebih memilih untuk diam dan menyaksikan di bawah pohon. Toh si Morgan belum kenapa napa juga.
Tak lama aku berpikir. Ternyata preman itu mempunyai rencana. Preman yang tadinya duduk langsung memukul muka morgan sehingga ia terjatuh. Preman yang yang memakai kain merah itu pun langsung membangunkan morgan dan memegang tangan morgan sehingga ia tidak bisa bergerak. Preman yang satunya pun langsung mendaratkan pukulan ke wajah dan perut morgan. Morgan beberapa kali merintih kesakitan karna itu. Dan sekarang aku mulai khawatir dan mencoba melerai, tapi tak berhasil, satu satunya cara adalah Polisi Palsu! Yah itulah yang aku gunakan untuk menghindari preman. Sesegera mungkin aku mengambil BB ku dan mencari bunyi  Sirene mobil polisi dan memutarnya dengan volume yang cukup keras. Dan hal itu berhasil! Preman preman berlari ketakutan layaknya anak kecil.
Aku pun berusaha untuk membantu Morgan berdiri dan mendudukannya dibawah pohon. Ia terdengar sesekali merintih karna kesakitan. Ia mendapatkan luka di ujung bibirnya dan sedikit biru diwajahnya.
“Mending Lo Pergi sana!” kata Morgan ketika aku ingin membersihkan lukanya. Aku hanya bisa menatap matanya. Tapi tatapanku tak dibalasnya. Pandangannya tertuju pada tangannya yang tadi habis ia gunakan untuk mengusapkan darah dilukanya.
“Gan?? Gue kan Cuma mau bantuin elo!” kataku sambil mencoba memegang lukanya. Tapi morgan menempis tanganku hingga aku terjatuh. Entah mengapa, ini adalah Morgan yang berbeda dari yang Putri ceritakan. Putri menceritakan Morgan seolah - olah Morgan adalah orang yang sopan dan respect pada perempuan. Aku tak yakin kalau Putri berbohong, tapi aku juga tak yakin kalau ini hanya sifat rahasia Morgan.
“lo kenapa sih gan?? Inikan semua salah gue, dan gue hanya mau beresin luka lo!” kataku sambil berdiri.
“ia ini semua salah lo. Kalau lo ga di deketin sama tu preman gue ga bakal jadi gini!” kata Morgan marah. Apakah ini puncak dari kesakitan hatinya?? Dan dia lampiaskan kepadaku??
“lo kenapa sih? Gue ga ada nyuruh lo buat nyelamatin gue. Dan seandainya pun ga ada lo, gue pasti bisa ko meloloskan diri!” kataku membalas nya.
“ok gue pergi! Tapi inget! Gue ga suka hutang Budi!!” kataku sambil melemparkannya sebuah sapu tangan yang sebenarnya ingin ku gunakan untuk mengusap lukanya. Aku pun pergi tanpa ragu dan membiarkannya duduk di bawah pohon.

To Be Continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan cuma baca, comment juga dong!